Lifestyle, Hobi, and Story

Cerita Mudik dari Perantau Pemula

Thursday, May 23, 2019
pict by instagram Blogger Perempuan

Assalamu'alaikum


Mudik dan lebaran adalah dua kata yang penuh makna. Keduanya melekat dan tak terpisahkan bagi tiap perantau. Tak peduli jalanan macet dan melambungnya harga tiket, mudik selalu jadi agenda yang tak pernah dilewatkan setiap tahunnya.


Terkenang kisah mudik pertamaku, belasan tahun lalu. Saat jalan pantura menjadi satu - satunya akses menuju kampung halaman. Belum ada jalan toll cipali yang memangkas jarak puluhan kilometer, dan waktu tempuh semakin singkat.


Saat itu, saya berjuang diantara sekian banyak pemudik lain untuk mendapatkan tiket bus yang harganya naik menjadi 3 kali lipat. Rasanya saya tak punya banyak pilihan selain mengikuti arus, menunggu dan menunggu. Hingga di umumkan bahwa lokat tiket tidak di buka. Setiap penumpang diperbolehkan mencari tempat duduk terlebih dahulu, baru akan di lakukan transaksi pembelian tiket langsung di dalam bus.


Saya pun bersiap untuk memperebutkan kursi penumpang dengan penuh semangat. Ini parah sih, karena seakan sama sekali tidak ada aturan. Laki - laki dan perempuan berebut tanpa pandang bulu, tidak adalagi ladies first, semua berlomba dan berdesakan.

Beberapa kali gagal karena kalah kuat dengan Bapak - bapak atau mas - mas yang secara otomatis badannya lebih kuat dari saya, hingga akhirnya berhasil juga memperebutkan satu kursi meski harus mengorbankan tas rangsel satu - satunya harus robek dan putus talinya. *apa ini efek tas rangsel murah yang kulaitasnya abal - abal atau memang seganas itu rebutannya*

Perjalanan pun dimulai, lalu lintas padat merayap jadi tentu saja tidak bisa ngebut. Hingga saat sudah berada di daerah subang, terjadilah peristiwa nahas itu. Dalam kondisi setengah sadar karena mengantuk saya melihat mobil tiga perempat berjalan ngebut tanpa kendali hingga melewati pembatas jalan dan nyaris menabrak mobil kami jika saja Bapak supir tidak mengambil langkah untuk panting stir ke bagian kiri jalan yang ternyata adalah area persawahan yang sedang kering kerontang. Mobil oleng tidak terkendali hingga menabrak tiang listrik. kaca depan mobil hancur, tentu kami tidak ada yang baik - baik saja. Saat itu saya kepentok besi hingga gigi bagian depan patah dan sering ngilu hingga sekarang.

Kejadian yang begitu cepat, kami semua berteriak menyebut asma Allah, saya yang duduk di barisan paling depan kursi penumpang menangis dan gemetar hebat sambil beristighfar. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Sangat bersyukur Allah masih menyelamatkan kami semua. Tidak ada korban jiwa dari Bus kami hanya luka- luka ringan dan mungkin beberapa yang cukup parah termasuk Bapak Supir yang rela mengorbankan diri demi menyelamatkan kami.
Sedangkan Bus tiga perempat terlihat ringsek bagian depan dan kami pun tidak tahu apakah ada korban jiwa dari mereka atau tidak.

Setelah menunggu beberapa lama kamipun melanjutkan perjalanan dengan bus bantuan. Dalam keadaan shock saya hanya bisa memendam cerita itu sendirian karena tidak ingin membuat Ayah dan Mama khawatir.

Mengenang kembali kisah mudik tragis ini mengajarkan saya untuk terus bersyukur, Allah masih sayang dan menjaga juga memberikan nikmat kesehatan hingga saat ini. Alhamdulillah, Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.

Wassalam,

pertiwiutomo


Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9