Lifestyle, Hobi, and Story

Cerita (sebelum) Histereskopi Operatif

Friday, August 17, 2018





Assalamu'alaikum pembaca yang budiman, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.


Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman saya menjalani Hysterescopy Operatif atau Histeroskopi Operatif yang baru dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Sebelum saya lupa.. Haha

Semoga masih pada inget dong resolusi, harapan, doa, dan cita - cita terbesar saya ditahun 2018 ini tentang keinginan menjadi Ibu. Bukan karena sudah ditanyain terus sama Ortu,mertua, saudara, teman, tetangga apalagi netizen, LOL. Ya saya merasa sudah sangat siap lahir dan bathin untuk menerima amanah anak. Tapi sepertinya belum ada tanda2nya sampai dengan saat ini. Karena siap versi kita sebagai manusia belum tentu siap bagi-Nya.

Pasrah dan Tawakal penuh kepada Allah SWT itu wajib, tapi ikhtiar dan doa maksimal juga harus dong. Iya, jadi untuk menuju ke arah sana saya harus mulai lagi program hamil dengan serius. Kemaren - kemaren gak serius dong? Serius juga kok.. Tapi kali ini lebih super duper serius!

Pernah urut, bekam, minum ramuan ini dan itu, kurma muda, buah zuriat, dari segi medis tentu saja check up keseluruhan untuk istri : USG Transvaginal, HSG, Test Hormon, dan terakhir sempet terapi juga dengan obat Hormonal yang ketika di konsumsi membuat tubuh gak nyaman, ya meriang, pusing, begah juga perutnya.
Intinya secara keseluruhan baik.

Sedangkan untuk suami Analisa Sperma, sampai dengan Rongsten untuk memastikan ada varikokel atau tidak. Btw, kenapa diminta Rongsten? Karena hasil AS pertama kurang bagus. Setelah Rongsten Tapi semua oke kok bahkan hasil Analisa Sperma hasil yang baik. Pernah cerita disini tentang Analisa Sperma yang terburu - buru.

Sekitar bulan februari 2018 saya direkomendasikan untuk urut sama kaka ipar yang kebetulan cocok dan berhasil hamil berkat pertolongan tukang urut tersebut. Ya tidak ada salahnya di dicoba, pikir saya waktu itu.

Tidak disangka rasanya sungguh nyeri- nyeri sedap, nyaris kapok tapi saya masih berpikir ya Allah ini belum seberapa sakitnya di bandingkan saat akan melahirkan. Jadi saya berusaha kuat saat itu, karena malu juga kalau sampai menangis apalagi menjerit. Sungguh pengalaman yang traumatik.

Singkat cerita kunjungan kedua sudah di jadwalkan. Tapi qodarullah ditengah jalan di info si Ibu Tukang urut ini berhalangan. Akhirnya kami putar balik lagi untuk pulang dan istirahat saja dirumah.

Beberapa bulan vacum dari dunia per-promil-an karena ingin mengumpulkan kekuatan hati lagi untuk serius ke dokter aja. Iya niat hati untuk inseminasi semakin kuat. Walaupun kata dokter prosentase dari inseminasi hanya sekitar 15 - 20% saja di banding bayi tabung yang mencapai angka 40% peluang keberhasilan.

Kenapa harus Inseminasi? Karena kami sudah mencoba secara Alami belum berhasil. Jadi apa salahnya dicoba. Sekali lagi kami cuma bisa berdoa dan berusaha selebihnya adalah hak Allah untuk mengabulkan atau tidak.

Sekitar bulan Mei saya mulai cari informasi lebih mendetail terkait prosedur dan biaya inseminasi. Dan kami memutuskan untuk tetap dengan dr. Rizki Isnaeni SpOg yang biasa kami kunjungi.

Setelah kurang lebih 6 bulan tidak promil ke Dokter akhirnya saya memberanikan diri karena kebetulan dapet voucher konsultasi gratis setelah mengikuti seminar di RS. Hermina Bekasi yang kebetulan pembicaranya adalah dr. Rizki, As Always sendirian ya karena jadwal suami super padat dan ya udah cuma check up saja kan gak masalah kok sendirian juga.

Masuk ke ruang praktek dengan santai tapi mantap langsung tembak ke dokternya, "Dok sepertinya saya sudah mantap mau Insem aja"
Dokter Rizki pun menyambut baik keinginan saya karena rekam medis saya baliaupun sudah paham kan, jadi beliau bilang, oke. Akhirnya harus ke kursi 'singgasana' untuk transV lagi demi melihat kondisi rahim dan sel telur.
"Bu, kok sepertinya ada polip ya ini, kecil sih tapi kalo di biarin bisa menghalangi perlekatan embrio"

Kaget dong saya, beberapa bulan yang lalu belum ada apa-apa kok, bersih dan baik semua kondisinya. Antara kaget, sedih, takut, kecewa bercampur menjadi satu. Tapi reaksi saya cuma bengong.

Dokterpun menyarankan saya untuk Histeroskopi secepatnya sebelum inseminasi. Dan menjelaskan secara singkat, bahwa Histereskopi adalah tindakan teropong rahim dengan memasukan kamera kecil untuk melihat kondisi rahim secara lebih jelas, sekaligus dapat dilakukan tindakan apabila ditemukan polip. Tentunya tindakan ini dilakukan supaya memperbesar peluang keberhasilan program kehamilan. Tindakan ini dilakukan bisa dengan bius umum atau dengan memberikan obat penghilang nyeri.

Masih dalam kondisi syok saat itu, saat dokter bilang sesegera mungkin, bila perlu besok. Saya makin terbengong - bengong saat diinfokan biayanya. Setelah coba kasih info suami melalui whattsap saya memutuskan untuk menunda dulu demi menyiapkan diri dan tentunya biaya.

Untuk meyakinkan diri saya dan suami memutuskan membuat jadwal konsul dengan  Dokter lain. Jatuhlah pilihan ke Dr. Antony di RS. Mitra Keluarga Bekasi Barat.
Dr. Antony sangat ramah dan komunikatif, awalnya kami cuma bilang mau promil. Beliau membaca kembali resum hasil test ini dan itu yang segambreng itu. Dan beliau menyimpulkan bahwa pada kasus kami termasuk pada Infertil unExplained yang dalam hal ini tindakan paling memungkinkan adalah mamperbaiki pola hidup dengan olahraga dan makan - makanan sehat. Rajin konsumsi asam folat setiap hari, serta banyak - banyaklah berdoa.
Untuk tindakan medis yang mungkin bisa di lakukan baliau malah bilang, dari pada buang-buang uang untuk cek ini dan itu coba dikumpulkan saja buat Bayi Tabung. Beliau tidak menyarankan Inseminasi karena peluangnya kecil.

Reaksi kami datar sedatar - datarnya. Sambil menghela nafas panjang tentunya supaya otak kami dialiri oksigen yang cukup agar tidak pingsan saat itu juga.

Sebelum memulai USG transV akhirnya saya menjelaskan bahwa, informasi dari dokter sebelumnya ada polip, saya katakan supaya dapat second opinion mengenai permasalahan ini. Dan ternyata benar memang ada polip, tapi reaksi dari Dr. Antony santai aja, beliau malah bilang "Sebelumnya gak ada polip tapi belum hamil juga kan? Jadi penyebab utamanya bukan polip dong.."

Disitu saya merasa galau, disatu sisi apa yang di katakan Dr. Antony mungkin ada benarnya. Tapi kalo udah kejadian begini ya udah mau gak mau kudu diilangin dong polipnya. Sebenernya di minta balik lagi pas mens hari kedua atau ketiga buat melihat kondisi terkini si polip ini yang kata dokter bakal terlihat jelas saat mens hari kedua atau ketiga. Tapi saya gak dateng. Buat apa lagi cari banyak bukti ini itu, yang ada buang waktu dan biaya.

Akhirnya saya mantap untuk histeroskopi operatif pada periode menstruasi bulan berikutnya. Semoga saja ini adalah keputusan terbaik untuk masalah kami.
Mencoba mengisi hati dan pikiran dengan harapan dan doa yang baik, agar tidak ada ruang untuk keputus asa-an. Semangattttt!

" Allah Senantiasa Bersama Orang - Orang Yang Sabar "