Berawal dari jiwa - jiwa yang kurang piknik. Weekend ini aku dan sahabat jaman kuliah dulu mutusin jalan ke bandung.
Berangkat jam 08.30 dari bekasi, mampir sebentar sholat dhuhut ke kampus UPI yang terus terang bikin aku terkesan, pasalnya jaman ngampusku dulu kampusnya kecil ( maklumlah kampus sejuta umat yeee.. )pertama yang kita kunjungi adalah De Ranch, makan siang dengan menu ayam penyet yang menurutku rasanya kurang nampol *hehehe.
Lanjut lagi keliling lokasi lihat wahana anak-anak juga wahana naik kuda.
Perjalanan masih panjang, setelah makan siang di De Ranch kita langsung ke lokasi Tebing keraton.
melewati jalan kampung yang curam dan agak sempit demi menghindari kemacetan di kota kembang saat weekend. Sudah lewat adzan Ashar kita masih di jalan, kira- kira pukul 17.00 WIB kita sampai di gerbang tebing keraton, langsung disambut tukang ojek yang menawarkan jasa dengan penawaran harga yang cukup funtastis alias mahal. karena berbagai pertimbangan akhirnya kami memilih untuk jalan kaki saja melewati jalan setapak berbatu dan menanjak. Buat saya yang kesehariannya duduk di ruang ber AC, dan kurang gerak, perjalanan ini cukup membuat lelah dan ngos-ngosan, untung saja ada suami yang menyemangati.
Berangkat jam 08.30 dari bekasi, mampir sebentar sholat dhuhut ke kampus UPI yang terus terang bikin aku terkesan, pasalnya jaman ngampusku dulu kampusnya kecil ( maklumlah kampus sejuta umat yeee.. )pertama yang kita kunjungi adalah De Ranch, makan siang dengan menu ayam penyet yang menurutku rasanya kurang nampol *hehehe.
Lanjut lagi keliling lokasi lihat wahana anak-anak juga wahana naik kuda.
Perjalanan masih panjang, setelah makan siang di De Ranch kita langsung ke lokasi Tebing keraton.
melewati jalan kampung yang curam dan agak sempit demi menghindari kemacetan di kota kembang saat weekend. Sudah lewat adzan Ashar kita masih di jalan, kira- kira pukul 17.00 WIB kita sampai di gerbang tebing keraton, langsung disambut tukang ojek yang menawarkan jasa dengan penawaran harga yang cukup funtastis alias mahal. karena berbagai pertimbangan akhirnya kami memilih untuk jalan kaki saja melewati jalan setapak berbatu dan menanjak. Buat saya yang kesehariannya duduk di ruang ber AC, dan kurang gerak, perjalanan ini cukup membuat lelah dan ngos-ngosan, untung saja ada suami yang menyemangati.