Lifestyle, Hobi, and Story

Perjuangan Melawan Tipes

Friday, December 20, 2019
Assalamu’alaikum sobi sobi semuanya,

Stay dirumah sebagai full time housewife ternyata tidak serta merta membuat saya bisa menjaga diri dari yang namanya sakit. Kalau dipikir – pikir ya apa sih sibuknya? apa sih stressnya hidup sebagai saya ini? ternyata yang namanya penyakit memang tidak pandang bulu, waktu dan tempat. Suka suka aja gitu mau nemplok dibadan siapa. Hingga pada akhirnya pertengahan bulan ini saya ambruk juga.
pertiwiutomo.com
Jalan - jalan sebelum besoknya tepar tak berdaya

pertiwiutomo.com
Disaat perut gak nyaman tapi gak bisa nolak nge-chatime, inilah definisi bandel.


Belakangan memang udah sering pegel – pegel gak jelas gitu. Tapi biasanya dipijet dikit ya udah enakan lagi badannya. Hingga pada suatu malam minggu yang mendung tipis – tipis, angin semilir sejuk sekali, saya dan paksu hang out dong layaknya anak muda. Beboncengan naik motor dengan perasaan yang happy banget karena udah lama nggak ngerasain lagi moment motoran jauh berdua. Sempet mampir juga ke tempat adik saya dan disana kita dengan bahagia menyantap ramyun alias mi rebus dua bungkus plus telor dengan minum air jeruk panas, duh nikmat.

Besok paginya, ya saya baik – baik saya kok, tidak ada keluhan apa - apa. Tapi ternyata layaknya bom waktu, ini penyakit udah mulai numpuk dikit – dikit dan tinggal tunggu moment yang pas aja buat meledak. 

Seminggu kemudian, tepat di malam minggu juga saya dan paksu jalan – jalan lagi cuma kali ini pakai mobil sih karena kayaknya badan udah kasih alarm gak enak gitu. Perut gak nyaman dan serba salah, makan salah gak makan makin salah ya khannn. Tapi masih bandel juga, masih sempet – sempetnya nge-chatime trus nyemil batagor pedes pula.

Jadi rasakanlah akibatnya, saat malam hari sungguh tersiksa dan tak bisa tidur pulas karena sakit perut yang tidak bisa dianggap sepele lagi. Menjelang pagi dengan masih meringis menahan perih *ewwh* saya bangkit ke dapur dan bikin minuman dari jahe, kunyit dan madu. Sarapan segelas hangat air ramuan sehat cukup bikin saya merasa sudah membaik. Siangnya bisa nyetrika, masak buat makan siang dan lainnya.

Hingga beberapa hari selanjutnya sakit kepala, flu, hidung meler, perut yang melilit – lilit hadir silih berganti nyaris membuat saya kehilangan nafsu makan. Tapi masih merasa kuat untuk survive tanpa harus ke dokter yang ujung –ujungnya di resepin segambreng obat. Jadi waktu itu cuma minum air madu dan sanmol kalo udah gak kuat pusingnya.

Sampai pada suatu hari, saya yang sebenarnya tidak sedang baik – baik saja terpaksa melangkahkan kaki karena harus ikut ujian semesteran. Badan lemes tapi sama sekali tidak bisa masuk makanan, pusing tujuh keliling kayak ada gempa karena bumi seakan bergoyang – goyang. Well, saya cukup kuat bertahan hingga pukul empat sore, beneran sampai ujian hari itu selesai. Walaupun entah hasilnya nanti seperti apa saya pasrahkan pada Allah, Lillahi Ta’ala.

Sebenernya masih punya agenda tambahan saat itu, yakni ikut suami kondangan, kemudian mampir untuk ketemuan juga sama adik karena memang sudah janjian. Tapi rasanya saya sudah give up, ingin segera merebahkan diri dan istirahat. Akhirnya kami melipir dulu kerumah sakit, langsung menuju UGD. Disana saya di tensi 110/70 dan check suhu tubuh sekitar 38 derajat celcius dan dokter nyaranin untuk langsung check darah.

Setelah menunggu kurang lebih 30 menit akhirnya hasil check darah keluar dan menunjukkan hasil, kalau saya positif Tipes, Hah?!!!!.

Sekilas Tentang Tipes

Tipes atau disebut juga dengan demam tifoid menurut yang saya baca - baca merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi. Penyebaran bakteri ini biasanya melalui makanan atau air yang telah terkontaminasi atau bisa juga melalui kontak langsung dengan orang yang telah terinfeksi. Dan yang bikin ngeri adalah sebagian orang yang sembuh dari tipes atau demam tifoid ini bisa menyimpan bakteri ini dalam saluran ususnya, atau kantong empedunya hingga bertahun - tahun lamanya. Golongan orang ini disebut sebagai pembawa kronis kareni bisa menginfeksi atau menularkan orang lain meski tidak lagi memiliki tanda dan gejala tipes. Duh, kok segitunya ya...

Faktor Resiko Terkena Tipes
Tipes ( Demam Tifoid ) merupakan penyakit serius yang mengancam seluruh dunia terutama negara berkembang. Resiko terinfeksi jadi lebih tinggi, jika :
  • Tinggal ataupun bepergian ke daerah dimana Tipes sering terjadi.
  • Bekerja sebagai ahli mikrobiologi yang bersentuhan dengan bakteri Salmonella typhi.
  • Kontak dengan orang yang sedang atau baru saja terinfeksi tipes.
  • Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran yang mengandung bakteri Salmonella typhi.

Gejala umum yang dirasakan penderita tipes  
  • Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 40,5 derajat celcius
  • Sakit kepala
  • Lemah dan lelah
  • Nyeri otot
  • Berkeringat
  • Batuk kering
  • Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
  • Sakit perut
  • Diare atau sembelit
  • Ruam
  • Perut yang membengkak
Meskipun bukan penyakit keras atau berbahaya akan tetapi jangan anggap sepele si Tipes ini. Karena jika diabaikan tentu saja akan menyebabkan komplikasi yang membahayakan keselamatan penderitanya. Sudah cukup sering mendengar beberapa kasus kematian akibat Tipes yang terlambat penanganan. Jadi apabila sudah merasakan tanda-tanda dan gejala seperti di atas, tidak ada salahnya untuk segera konsultasikan dengan dokter. 

Saya pribadi sudah merasakan sendiri beberapa gejala tersebut yaitu demam, sakit kepala,lemah dan lelah yng tidak wajar, dan sakit perut. Tapi beruntungnya saat test darah kadar trombosit, eritrosit dan Hemoglobin dalam darah saya masih lumayan bagus hingga dirasa tak perlu rawat inap. 

Padahal dalam hati sebenarnya ingin dirawat inap saja karena bingung dan lemes begini siapa yang mau ngurusin dan makananpun belum bisa ada yang masuk. Sedangkan paksu besok udah masuk kerja. Apakah beliau perlu cuti untuk ngurusin saya? Hah.. rasanya tidak.
Kebayang bagaimana dulu beberapa orang teman, bahkan adik saya sendiri yang pada langganan kena tipes dengan kadar trombosit dan hemoglobin yang sudah sangat drop. Gimana rasanya coba?.

Akhirnya sore itu saya pulang dengan membawa resep obat lambung, antibiotik, dan obat demam. Resep untuk tiga hari saja dengan catatan bedrest alias istirahat total. Meskipun dengan embel – embel istirahat total tanpa melakukan aktivitas apapun saya yakin tidak ada satu orangpun yang ingin sakit. Ya gais, jadi orang sakit itu sama sekali gak enak.

Omefrazole diminum 2x sehari, Mucifat Sucralfate berupa sirup yang diminum 3x sehari. keduanya diminum sebelum makan sebagai obat lambung.

Cefixime Trihydrate, antibiotik yang harus dihabiskan, 2x sehari setelah makan.

Sanmol, obat demam dan pusing, diminum 3x sehari setelah makan.

Tulisan ini dibuat setelah satu minggu kemudian dan kondisi saya sudah cukup membaik (meski belum benar – benar membaik, karena setelah demam dan pusing hilang tiba - tiba saja batuk kering menyiksa, huftt) 

Berikut ini adalah beberapa hal yang saya lakukan kemarin, dalam rangka mempercepat proses penyembuhan adalah :

Paksakan diri untuk tetap makan
Meskipun makanannya bubur lagi dan bubur lagi, tidak mengapa supaya bisa segera sembuh. Pengalaman saya kemarin setelah minum obat lambung sebelum makan yang saya rasakan adalah lumayan nyaman dan gak mual lagi.

Saat bedrest juga saya banyak liat video mukbang orang – orang yang bikin nafsu makan meningkat seketika. Jadi lumayan drama gak enak makan tidak berlangsung lama. Hindari dulu makanan yang berserat tinggi macam sayuran hijau seperti kangkung, bayam, pare, dan juga makanan pedas. Daging – dagingan juga menjadi salah satu yang harus dihindari sementara waktu. Jadi menu saya kemarin cuma bubur sama telor rebus. Mentoknya ya nasi lembek sama telor dadar. Buah – buahan juga cuma pisang aja.

Dan, tetep ya minum obat dengan teratur sesuai anjuran dokter.

Banyak Minum Air Putih
Selama bedrest kemarin saya banyak minum air putih yang direbus. Awalnya karena saya selalu pengen minum air hangat. Lama – lama saya ganti semua bahkan air dinginpun harus air yang direbus. Tak bermaksud menyangka bahwa air minum kami sebelumnya tidak steril atau apa tapi saya hanya berusaha memaksimalkan apa yang bisa saya lakukan dari hal sekecil apapun.

Istirahatkan Badan Juga Pikiran
Badan memang di kasur, tapi pikiran keluyuran kesana kemari gak bisa diem. Ya seperti itulah saya, keseringan begitu. Tapi saat sudah ambruk begini saya buang jauh – jauh segala tetek bengek urusan. Masa bodo ujian minggu depan, suami yang lagi lembur terus, tanaman yang terbengkalai, rumah yang mendadak jadi gak keurus. Ku tak peduli yang penting tempat tidur masih nyaman dan banyak cemilan, ya roti, biksuit, buah pisang. Wallahu alam saja dengan segala urusan yang terbengakalai itu. Ku hanya ingin sembuh secepatnya.

Itulah sekelumit kisah saya saat menderita tipes. Sesuatu yang sebenernya tidak saya sangka karena ya merasa sudah cukup menjaga makan dan juga cukup istirahat *walau kadang - kadang masih suka jajan sembarangan sih*. Tapi ternyata penyebaran penyakit lebih cepat disaat musim pancaroba saat ini yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.

So, benar – benar harus jaga kondisi dan terapkan pola hidup sehat. Tidak ada salahnya juga untuk mengkonsumsi multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. Atau meminum ramuan herbal semacam irisan jeruk lemon dengan air hangat, atau ramuan ultimat ala JSR yang terdiri dari irisan kunyit, irisan jahe, sereh, dan madu, bisa juga ditambah dengan irisan jeruk nipis atau lemon. Cukup nyaman diperut, bahan – bahannya mudah didapat, relatif murah dan mudah juga cara pembuatannya. Alhamdulillah wa syukurilah, semoga kita semua senantiasa diberikan nikmat sehat. Aamiin.

Wassalam, 

pertiwiutomo