Lifestyle, Hobi, and Story

Pertimbangan Sebelum Resign dan Menjadi Ibu Rumah Tangga

Thursday, January 31, 2019
Ketika dihadapkan pada situasi yang membuat kita harus memilih untuk tetap bekerja, atau menjadi ibu rumah tangga. Akan ada banyak pertanyaan dan ketakutan dalam diri saya dan mungkin  dialami pula oleh sebagian besar wanita yang sudah menikah terlebih yang sudah dikarunia anak.




"Yakin udah siap resign?"
" Siap bilang goodbye sama gajian?"
" Emang gak takut bosen dirumah?"

Sejujurnya saya juga ngalamin rasa takut itu. Takut kehilangan segala yang saya miliki sekarang ya pekerjaan, ya gaji ya eksistentsi dan segala macamnya itu. saya takut hidup saya akan mandeg, stagnan dan tidak berkembang. Bahkan sempat pula saya takut untuk memulai komunitas baru di lingkungan baru. Entah butuh waktu berapa lama untuk beradaptasi dengan situasi seperti itu.


Beda cerita jika alasan resign-nya adalah karena ingin mendapatkan pekerjaan lain yang gajinya lebih besar, lebih nyaman, lebih dekat dengan rumah atau sedang menggeluti bisnis dan passion. Itu akan terdengar lebih mudah, saya rasa.



Dengan segala ketakutan dan kegalauan itu, sepertinya takkan ada yang benar - benar siap resign dan memilih jadi Ibu Rumah Tangga deh, karena tidak ada tolak ukur yang paling pas untuk menimbang kesiapan hati seseorang untuk melepaskan pekerjaannya.
Saat itulah kita butuh second opinion atau sekedar waktu untuk merenung. Karena pada akhirnya diri kita sendiri yang akan memutuskan dan juga menjalaninya. Masukan dari orang lain memang perlu tapi pembuat keputusan adalah tetap kita pribadi. 

Terlepas dari pentingnya mempertimbangkan kondisi keuangan keluarga seperti tanggungan hutang yang wajib dilunasi, beragam cicilan jika ada, dana darurat atau modal usaha jika berniat berwirausaha. Yang tak kalah penting dari semua itu adalah kesiapan mental.

Siap berpisah sama rekan - rekan kerja yang selama beberapa lama ditemui tiap hari, berbagi suka duka. Siap berpisah dengan rutinitas yang sibuk dan melelahkan, menguras energi dan pikiran. Tapi kemudian lupa kalo udah sampe rumah. Siap berpisah dengan yang namanya "Gajian", yang biasanya pegang uang pribadi buat beli tetek bengek, nanti nya bakalan gak lagi. Bersabar dengan apa - apa yang di berikan suami dan kudu semakin pinter mengelolanya.

Coba tanyakan itu berkali - kali pada diri sendiri jangan takut menjadi ragu dan akhirnya membatalkan niat resign. Karena yang belum bisa yakin dengan keputusannya, ya berarti emang belum siap.

Beberapa hal yang mungkin menjadi bahan pertimbangan sebelum benar - benar memutuskan untuk resign  adalah :

1. Alasan Yang Jelas
Sebaiknya kumpulkan sebanyak mungkin alasan kuat kenapa kita memilih untuk melepaskan pekerjaan dan memilih jadi IRT. Misal, karena tidak ada yang mengasuh anak, lokasi kerja yang jauh sehingga menyita banyak waktu dijalan, atau alasan ingin fokus Program kehamilan dan mengurus keluarga seperti saya.

Ada banyak alasan, tapi sebaiknya jangan karena emosi sesaat, misal karena kerjaan yang luar biasa melelahkan atau karena dapet bos baru yang super killer. Saya rasa itu bukan alasan yang cukup kuat tapi ya terserah juga sih, asal bener - bener udah yakin sama pilihannya.


2. Luruskan Niat
Meluruskan niat itu penting supaya apa - apa yang kita lakukan selalu bernilai ibadah.
Libatkan Allah SWT dalam segala hal termasuk salah satunya tentang pekerjaan. Bagaimanapun profesi kita saat ini hanyalah sarana untuk ibadah dan mencari rejeki. Jadi jangan pernah takut meninggalkan pekerjaan dan menjadi full mom. Yakin-in aja pekerjaan kita tidak lebih berharga dari waktu dan kebersamaan dengan keluarga, apalagi dengan anak - anak yang masih butuh pendampingan. Karena ya tidak ada juga yang bisa memaksa kita untuk resign, kecuali niat dari diri kita sendiri.


3. Tentang Prioritas
Masing - masing individu ataupun keluarga pasti punya prioritasnya sendiri. Jangan lantas jadi menyama - nyamai dengan prioritas orang lain supaya dianggap umum dan wajar.
Misal nih ya.. kalo prioritas saya pribadi adalah tentu saja mewujudkan rumah tangga yang ideal bagi saya. Ideal bagi saya mungkin berbeda standart dengan ideal versi orang lain, dan itu gak apa - apa banget. Jadi Ideal versi saya ya salah satunya dengan tinggal bersama, rasanya kok berat ya kalo harus LDM-an serasa saya bukan tempat pulang bagi suami dan itu sangat tidak nyaman.

Karena kondisinya saya yang harus jauh dari rumah, jadi sayalah yang harus ngerasan semacam mudik saat weekend datang dan menggalau di minggu sore karena masih betah dirumah. Berhubung tempat saya bekerja tidak satu kota dengan tempat kerja suami jadi saya memilih resign tentunya atas pertimbangan dan saran suami juga dong ditambah lagi dengan pertimbangan ikhtiar dalam mendapatkan momongan. Ini baru satu alasan lho. 

Mungkin buat pasangan yang sudah memiliki momongan prioritasnya jadi berbeda, ya karena ingin mengurus dan mendampingi anak, dan itu sangat mulia sekali. Atau ada yang prioritasnya adalah karena ingin mengurus orang tua dirumah, dan masih banyak lagi. 

4. Komunikasikan pada orang Terdekat
Sounding tentang masalah pengunduran diri menjadi sangat penting supaya tidak timbul penyesalan atau masalah dikemudian hari. Misal, kepada orang tua, dan pasangan. Samakan visi misi dalam berumah tangga. Bagaimana pola asuh anak, bagaimana menjalankan peran setiap harinya. Jangan menjadikan salah satu terbebani sadangkan yang lain terbebas dari tanggung jawab.

Misal: saat istri masih bekerja suami mau membantu pekerjaan rumah, tapi saat istri resign suami seolah enggan karena menganggap itu tugas istri.
Buatlah suami paham bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama.
Ini penting lho dibicarakan sejak awal supaya tidak ada kesalahan persepsi. "Ya udah kan kamu dirumah, sekarang cuma aku yang kerja jadi urusan rumah adalah sepenuhnya tanggung jawab kamu." OHH TENTU TIDAK FERGUSO.

5. Buat Catatan Anggaran yang Jelas
Untuk masalah berhitung uang belanja, para Ibu pasti sudah hafal di luar kepala.
Sebelum Memutuskan resign buatlah rencana anggaran setidaknya untuk 6 bulan kedepan. Karena pasti akan ada perbedaan dari sisi pendapatan. Kalau saat istri masih bekerja bisalah ya nge-cover untuk tambah - tambah uang belanja, minimal beli kebutuhan kosmetik dan hobi bisa pakai uang sendiri. Kemudia berubah karena penghasilan suami akan manjadi sumber utama dan satu - satunya. 

Apalagi jika status kita adalah mengundurkan diri, yang artinya harus siap dengan kemungkinan terburuk tidak mendapatkan pesangon sepeserpun. Kecuali mungkin dana pensiun jika ada dan tunjangan BPJS ketenagakerjaan. 

Mulailah menyesuaikan diri dalam situasi ini supaya tidak menimbulkan masalah baru, misal hutang dimana - mana yang bisa berakibat fatal dan bikin stress sendiri. Review lagi beberapa post pengeluaran yang bisa dipangkas mungkin bisa jadi alternatif. Bagi yang punya Credit Card bisa mulai seleksi lagi dalam penggunakannya. Bila perlu tutup beberapa credit card dan pilihlah yang memberi fitur free admin selamanya. Jika memungkinkan close saja semuanya!

Beberapa orang bahkan menyarankan untuk mengamankan dana darurat sebelum resign. Ada yang berpendapat harus punya 12x Gaji, ada yang bilang juga minimal 3x gaji. Belakangan saya di beri info sekurang -  kurangnya adalah 3x biaya hidup, maksudnya adalah biaya hidup minimal selama 3 bulan kedepan. Catet ya.. Biaya Hidup lho, bukan Gaya Hidup

Apa kabar saya yang saat memutuskan resign dalam kondisi defisit pasca renovasi rumah, ya untungnya suami masih berpenghasilan cukup (Alhamdulillah) untuk biaya hidup, tabungan masih dalam tahap recovery yang entah bisa pulih dalam waktu berapa lama, Bismillah.
6. Buat Komunitas Baru
Komunitas baru tak melulu tentang kumpulan ibu - ibu komplek yang hobinya arisan. Sekarang, kita bahkan bisa ikut komunitas online. Misal komunitas menulis, komunitas merajut, dll
yang intinya komunitas yang posistif ya, supaya pikiran emak - emak ini tetep bisa  up to date sama isu - isu yang sedang berkembang atau hal - hal yang sedang viral. *halah*

Bisa juga jadi sarana bertukar ilmu pengetahuan, pengalaman dan ide kreatif. Jadi gak ada alesan lagi dong untuk males - malesan belajar.
Ibu Rumah Tangga juga harus rajin mengupgrade dirinya.
Selain itu dengan semakin banyak komunitas, tentunya kita akan bertambah teman, saudara dan tentunya peluang. Percayalah, Silaturahmi akan menambah rejeki. 

Apapun alasannya, resign hanyalah salah satu fase dalam kehidupan yang harus saya jalani cepat atau lambat. Dan itu bukan akhir kehidupan, justru akan menjadi awal perjalanan hidup difase selanjutnya. Menjadi manusia yang lebih berbahagia. Aamiin.


Salam,

Pertiwi Utomo





Menjadi Narablog Di Era Digital Wujud Dari Mimpi Yang Tertunda

Thursday, January 24, 2019


Seberapa sering sih kalian menghabiskan waktu berselancar didunia maya alias internetan. Baik itu sosial media, youtube, dll. Rasanya generasi milenial tak bisa jauh ya sama gadget. Iya itu juga yang saya alami. Dan untuk membuat hari - hari bergadget lebih bermakna maka saya berkomitment untk menjadi blogger.

Pernah bermimpi atau bercita - cita jadi seorang penulis atau blogger? Tidak!

Lebih tepatnya tidak berani. Zaman saya kecil dulu tidak pernah mendengar profesi blogger, vlogger, atau bahkan content writer. semua itu asing ditelinga saya. Bahkan untuk bermimpi menjadi penulis pun saya  harus berpikir berkali - kali untuk bisa fokus dan mewujudkannya.


Sependek yang saya tahu, tidak ada satupun anggota keluarga saya yang menjadi penulis. Makanya bercita - cita menjadi penulis adalah hal yang tabu dan tidak keren sama sekali bagi keluarga saya. Yang pada akhirnya mempengaruhi penilaian dan pilihan hidup saya kala itu, meskipun dalam lubuk hati paling dalam sangat ingin mengembangkan hobi menulis saya.

Kenapa tidak mencoba menulis cerpen atau novel?

Jawaban paling jujur adalah saya belum berani karena saya paham dengan kapasitas diri saya. Bahwa saya masih belum mumpuni untuk itu. Bahwa ternyata sekedar imajinasi saja tidak cukup untuk menjadi penulis novel. Butuh konsistensi dalam segala aspek baik itu dari segi kepenulisan dan tata bahasa yang masih harus saya perbaiki lagi.


Seiring berjalannya waktu, menulis tidak hanya sekedar cerpen, novel yang tentunya harus bersaing dengan jutaan penulis lainnya supaya bisa lolos di penerbitan. Ini sangat riskan pagi penulis pemula yang masih cenderung abal - abal hasil karyanya seperti saya ini. Membayangkan itu semua saya sudah minder duluan, sungguh payah.

Sekarang ini kita bahkan punya banyak media kepenulisan yang sesuai dengan perkembangan era digital salah satunya yaitu dengan menjadi penulis blog yang biasa disebut Blogger atau Narablog. Menjadi blogger tidak punya aturan yang saklek. Bahkan semakin kita menjadi diri sendiri dalam menulis konten semakin baik dan enak untuk dibaca. Tidak terlalu terikat dengan aturan tata bahasa yang baku juga gaya kepenulisannya tidak perlu menyesuaikan standart penerbitan. Walaupun adakalanya kita harus menggunakan bahasa yang baik dan benar jika sedang membuat konten tertentu.

Itulah kenapa saya mantap memilih blog sebagai sarana untuk saya menulis.


Sebenanya saya sudah pernah membuat blogpost mengenai alasan saya ngeblog dalam tulisan ini di baca juga ya Alasan Kenapa Menulis Blog

Meski sudah sejak 2011 blog ini dibuat nyatanya saya baru konsiten menulis sekitar pertengahan tahun 2017 dan itupun saya rasa belum maksimal. Baru mulai meningkat lagi sekitar akhir desember 2018 karena saya memutuskan resign dari tempat kerja saya dan fokus mengurus keluarga. Sehingga punya banyak waktu untuk memikirkan ide menulis konten.

Prestasi apa yang sudah didapatkan selama menjadi Blogger?

Haruskah pertanyaan yang cukup membuat saya malu ini dijawab? karena pada kenyataannya saya tak punya prestasi apa - apa untuk dibanggakan. Alasan ini juga yang membuat saya nyaris ragu untuk ikut Kompetisi Blog Nodi yang pertama kali saya baca di instagram melalui postingan salah seorang teman blogger. 

Namun, setelah saya membuka link mengenai syarat dan ketentuan lomba yang tertulis dengan lengkap di blog www.nodiharahap.com tentang  Kompetisi Blog Nodi yang bertema Bangga Menjadi Narablog di Era Digital menyatakan boleh diikuti oleh siapapun meski seorang blogger paling pemula sekalipun tanpa syarat berapa page viewnya, tanpa syarat berapa minimal followernya. Kenapa saya tidak ikutan juga dan mulai mengukir sejarah prestasi? rasanya saya tidak menemukan alasan untuk tidak berpartisipasi dalam kompetisi ini.

Untuk mewujudkan harapan dan cita - cita saya menjadi blogger profesional saya mulai belajar banyak hal mengenai blogging juga masuk kedalam beberapa komunitas blogger. Yang pertama kali adalah Komunitas Indonesia Sosial Bloggerpreneur  yang di prakarsai oleh mba Ani Berta. Dan pertama kali ikut event acara blogger di gedung Republika.





Baca mengenai event blogger saya yang pertama : Weekend Produktif Dalam Workshop Blogger Hobi & Profesi

Sejak saat itu semangat saya untuk ngeblog semakin besar karena bertemu banyak blogger yang sudah sukses lebih dulu. Sayapun mulai rajin blogwalking dan menjadi sadar dimana letak kekurangan saya. Memang ya terkadang kita bukannya tidak punya potensi tapi mungkin belum sadar, atau malas untuk menggalinya. 

Selain itu saya juga bergabung dengan Komunitas Emak Blogger dan Blogger Perempuan Network  oleh Mba Shintaries dan Mba Almazia sebagai foundernya. Meski saya belum pernah sekalipun bertemu dan ikut event atau workshop Blogger Perempuan Network  karena alasan jarak dan waktu tapi saya banyak belajar dari tulisan - tulisan mereka mengenai blogging dan lainnya. Bahkan sesekali saya chat melalui DM instagram dengan mba Almazia yang tentunya di respon dengan baik.

Bahkan diakhir 2018 kemarin saya berhasil menuntaskan #BPN30daychallenge2018 yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network. dan mendapatkan kiriman merchandise cantik juga sertifikat. Sebuah pencapain yang cukup membanggakan bagi saya yang sebelumnya tidak pernah segiat itu untuk menulis konten.





Selain ikut beberapa komunitas blogger dan banyak membaca artikel mengenai blogging saya pun membuat resolusi blogging di tahun 2019.  yang terdiri dari 3 (tiga) poin penting yaitu Mengubah Tema / design template, mengubah domain blog menjadi Top Level Domain hingga yang awalnya pertiwiutomo.blogspot.com menjadi pertiwiutomo.com sebagai wujud keseriusan saya ngeblog dan yang terakhir yang akan menentukan keberlangsungan hidup sebagai blogger yaitu sebuah komitmen untuk rutin menulis konten.

Meskipun awalnya sempet bimbang apakah saya perlu membuat blog baru kemudian membeli domain TLD dan tetep membiarkan blog lama saya apa adanya atau cukup mengganti domain di blog yang sudah ada. Tapi kemudian saya sadar jika mengurus satu blog saja masih kewalahan bagaimana nanti jika harus mengurus dua blog sekaligus, bisa - bisa akan terbengkalai semua.

Akhirnya diawal tahun ini saya sudah mulai melakukan ketiga resolusi seperti tersebut diatas, yeayyyy!.

Tinggal menjaga konsistensi dalam menulis konten di bulan - bulan selanjutnya. Dan terus berupaya meningkatkan traffic Blog. Sayang banget kan kalau sudah beli domain tapi blog nya dianggurin dan menjadi sarang laba - laba. *menyedihkan*

Berawal dari hobi menulis, perlahan tapi pasti menjadi narablog profesional yang bisa menebar manfaat lewat karya bukan lagi sekedar angan. Perkara rejeki alias penghasilan dari ngeblog bagaimana? Jalani saja segala sesuatunya dengan baik, kan rejeki sudah ada yang ngatur. Jadi saya tidak terlalu ngoyo dengan hal itu. Takutnya nanti malah jadi beban yang akan mempengaruhi kualitas tulisan saya.

Tapi saya tetap optimis kok, karena di era digital seperti sekarang kiprah blog dan sosial media dalam kehidupan umumnya dan bidang perekonomian khususnya terbilang cukup penting salah satunya sebagai sarana digital marketing.

Jadi, tetap semangat ngeblog yaa gaess..



#KompetisiBlogNodi
#NarablogEraDigital

Awal Perkenalanku Dengan Merajut

Wednesday, January 16, 2019
Assalamu'alaikum,

Apa kabar sahabat semua? semoga baik selalu dan dalam lindungan-Nya. Menuju tahun 2019 menjadi blogger yang rajin nulis blogpost maka saya akan mulai berbagi cerita ya..

Awal mula saya suka merajut adalah saat kelas 1 SMP. Waktu itu saya sangat exited ketika ada teman sekelas yang membawa alat rajut ke kelas. Kegiatan yang 'wanita' banget bagi saya dan entah kenapa saya memang suka sekali segala kegiatan yang unik entah itu crafting, atau per 'DIY'an.

Singkat cerita saya mulai memperhatikan bagaimana teman saya menyelesaikan produk rajutannya, yaitu sebuah pita rambut. Kebetulan memang saya memiliki rambut panjang dan sering gonta ganti pita rambut. Sebuah kebetulan yang menyenangkan.

Jadilah saya mulai minta diajari, dan beruntungnya teman saya itu sama sekali tidak menolak bahkan menyambut dengan senang hati dan rela meminjami saya sepaket kelengkapan rajut miliknya. Yaitu, hakpen merk rose dan segulung benang wol.

Waktu itu saya sama sekali tidak paham teknik merajut itu apa dan jenis - jenis tusukannya apa. Bener - bener cuma melihat bagaimana cara teman saya itu mengaitkan benang. Dan ternyata, belakangan ini saya ketahui bahwa teman saya itu merajut dengan teknik 'crochet' atau mengaitkan benang dan menggunakan tusuk 'half double crochet'.

Saking bahagianya saya waktu itu karena sudah mulai lancar merajut, saya mulai beli benang aneka warna dan membuat beberapa pita rambut. Ya, cuma bisa bikin pita rambut saja karena teman saya pun cuma bisa bikin itu. Dan pada masa itu manalah kita kenal browsing, googling dan segala sesuatu tentang internet. 

Sampai saat saya terpilih menjadi salah satu kandidat untuk mewakili sekolah sebagai siswa teladan tingkat kecamatan. Sayapun mengikuti serangkaian test dari mulai test tertulis yang lumayan menguras pikirang, test fisik, dan wawancara. Sampailah pada pertanyaan, Apa hobi kamu?, saya jawab baca dan merajut. 

Keterampilan apa yang bisa kamu tunjukan?, maka saya menunjukan hasil karya rajutan saya, sungguh kocak. Mana ada siswa teladan pamerin  karya rajutnya.*LOL*

Untuk menjadi seorang siswa teladan tentu tidak hanya bisa mengandalkan kemampuan akademik saja. Tapi juga kreatifitas dan keahlian di bidang seni yang bisa ditonjolkan saat ajang kompetisi dengan sekolah lain.

Alhasil, karena bakat seni saya dalam dunia tarik suara bahkan seni tari sangatlah pas - pasan dan tidak pula di asah dengan baik. Maka saya harus mengalah dan membiarkan sahabat saya yang lebih jago menari tadisional untuk melenggang menuju kompetisi siswa teladan tingkat kecamatan itu.

Sedih? Gak dong, bahkan saat itu saya merasa bersyukur. seperti terlepas dari beban berat di pundak saya. Terlihat sekali bahwa saya tidak suka berkompetisi  dan menonjol. 

Hal itu juga tidak membuat saya berhenti merajut. Bahkan saat saya SMA, dengan segala keterbatasan ilmu dalam merajut saya mulai membuat taplak meja dan cover tudung saji. Dengan pola asal - asalan pastinya. *hehe*

Setelah lulus SMA dan  merantau keluar kota untuk bekerja sambil kuliah, saya nyaris lupa dengan hobi merajut. Disamping karena keterbatasan waktu juga karena kotak alat rajut saya hilang entah kemana.

Sampai pada suatu hari di tahun 2016 saat saya sedang browsing di internet saya mengetik kata, "rajut". Muncullah berbagai tulisan mengenai rajut merajut. Mulai dari belajar merajut, teknik dasar merajut, bahkan banyak pula yang sharing pola rajut secara gratis. Tak sampai disitu bahkan tutorial merajutpun bertebaran di youtube. MasyaAllah Tabarakallah.. bahagia banget saat itu.

Saya jadi semangat untuk merajut lagi. Merajut asa, merajut cinta, merajut masa depan yang lebih baik. *eaaaaaaaaa*

Beruntungnya generasi jaman sekarang yang sudah mengenal internet. kita bisa belajar dan mengambil banyak manfaat hanya dengan sekali sentuh. Kemudahan yang tidak dimiliki oleh generasi nenek moyang kita. Asal kita pergunakan untuk hal yang positif sejauh ini keberadaan internet sungguh patut di syukuri.

Dengan bermodal tutorial dari youtube dan semangat 45 untuk belajar , sekarang skill merajut saya sudah jauh lebih baik. Membuat sepatu bayi, topi bayi, selimut, syal, taplak meja, doily, dompet, aneka tas dari mulai handbag, slingbag bahkan backpack juga sudah pernah saya coba. 


tas rajut

tas rajut

tas rajut



Mulanya hanya ingin buat untuk koleksi pribadi tapi selalu saja ada yang berminat jadi akhirnya saya jual, bahkan hingga saat ini saya belum memakai produk rajut saya sendiri. 

Pelanggan saya sendiri kebanyakan adalah saudara dan teman - teman mereka. sempat promo lewat media instagram dan mendapat respon yang baik pula. akan tetapi karena saya akhirnya menyadari bahwa saat itu saya belum bisa menjawab permintaan konsumen terkait tenggang waktu pengerjaan produk yang dituntut serba cepat akhirnya saya belum berani melakukan promo open pre order lagi.

O iya, agara tidak tercampur baur dengan feed instagram saya yang random  sayapun membuat akun instagram khusus untuk menyimpan dokumentasi produk hasil rajutan saya, di @delimamerah.gallery boleh follow juga ya jika berkenan.

Sungguh diluar dugaan, sesuatu yang awalnya hanya hobi saja bisa menghasilkan rupiah. Meskipun dulu saya mengerjakan produk rajutan disela - sela kesibukan saya bekerja full time dan menjadi ibu rumah tangga.

Dan saat ini saat keadaan mengharuskan saya menjadi full time IRT dan meninggalkan dunia perkantoran. Merajut mejadi salah satu obat pembunuh kekosongan waktu selain menulis. 

Jadi, udah berani open pre order lagi atau hanya akan membuat produk ready stok? Kita lihat saja nanti, hehehe.

Salam,

Delima Merah






RESUM #30HARIBERCERITA DI INSTAGRAM

Thursday, January 10, 2019
Assalamu'alaikum,

Welcome 2019, udah hari kesepuluh aja ya.. 

Sejak awal januari saya ikut challenge di instagram untuk ikut #30haribercerita. Sedikit banyak itu membantu aku untuk konsisten update feed instagram.

Nah, pada kesempatan hari ini akan saya rangkup postingan ceritanya, cekidot yuk.. :

purbasari purbalingga

#30HBC1901
Lihat tim @30haribercerita mulai posting lagi setelah sekian lama. Saya happy banget, "ye ye ye la la la akhirnya tiba juga saatnya 30 hari bercerita." Tapi kemudian jadi sedih dan gak se-excited biasanya karena itu artinya tahun berganti, kenapa waktu berlalu begitu cepat sedangkan masih banyak hal yang belum dilakukan di 2018,  kok 2019 melambai - lambai didepan mata. 

Sudah bikin resolusi, udah bikin jurnal juga buat menghadapi tantangan demi tantangan di tahun 2019 tapi rasa - rasanya kok gini amat ya.

Mendadak jadi murung dan tidak ingin cerita apapun pada siapapun. Well, mungkin saya hanya sedang mood swing saja. MUNGKIN.

Jadi plis ya jangan berpikir macam - macam saat orang terdekatmu mulai diam atau terlihat sedih. Padahal kamu gak merasa bikin salah kok dicuekin, kok diabaikan. 
Itu bukan berarti dia sedang marah padamu. Mungkin saja dia sedang merenung atau bergelut dengan pikirannya sendiri. Dan butuh ruang untuk menata perasaan dan semangatnya lagi.

Iya gaes, yang dia butuhkan mungkin hanya sedikit ruang, dan ketenangan, juga satu cup es krim untuk mendinginkan pikiran. *tetep ya kan*

Masih dalam suasana mood swing, dan saya mencoba untuk melawan rasa agar tetap semangat bercerita.

Welcome 2019, saya.... SIAP! 
#delimamerah

*****
taman bunga kutabawa


#30HBC1902
Cerita ini fiksi dan tanpa judul jika ada kesamaan tokoh & alur cerita itu adalah ketidaksengajaan semata. *ngapain woro2 juga ya* 

Belakangan ini saya dihadapkan pada situasi yang serba baru. Lingkungan baru, kesibukan baru, status baru dan orang - orang baru. Sejujurnya saya tidak punya ekspektasi apa - apa.

Karena saya bukan tipe orang yang ingin terlihat menonjol dan jadi pusat perhatian. pencapaian saya sejauh apa tak perlulah jadi headline berita. Saya merasa cukup dengan diri saya yang apa adanya.

Semua berjalan natural saja tanpa drama sok kenal sok dekat. Secara saya memang bukan orang yang mudah akrab dalam pergaulan dan dekat dengan siapa saja.

Mungkin sebagian orang menganggap saya sombong atau pilih - pilih teman. Ya itu terserah, toh saya tidak bisa mengendalikan penilaian orang lain terhadap diri saya.
Apapun yang kalian pikir, suka - suka kalianlah. Asal tidak mengganggu kehidupan saya.

Bersyukurnya dilingkungan saya gak ada geng rumpinya sih. Jadi lumayan tenang dan gak beban.

Yang pasti setiap orang punya cara sendiri dalam menjalani hidup, bersosialisasi juga mengaktualisasikan diri. .
Dan semua itu tentu saja tidak bisa lepas dari karakter, sifat dan kepribadian masing - masing. Ada yang pendiam, ada yang cerewet ada yang temperamental, ada yang humoris dll

Beberapa orang tidak akan betah terkurung seharian dirumah. Karena dia butuh bicara, butuh bertemu dengan orang lain. 
Sedang dilain pihak ada yang justru menikmati kesendirian, kesunyian, dan betah berlama - lama didalam rumah. Bahkan tanpa perlu hiburan apapun. Hanya butuh buku - buku sebagai teman.

"Si mawar mah dirumah terus tau ngapain aja itu, kaya katak dalam tempurung."

Atau,

"Si melati mah hobinya gelayaran mulu gak betah dirumah,bisulan kali gak bisa diem."

Plis jangan judge orang kalau kalian tidak benar - benar mengenal dan mau kenal orang itu. Mungkin sayalah orang yang kalian pikir katak dalam tempurung. Terlihat kesepian, bodoh, terbelenggu dan tidak bahagia. .

'Haha, saya tak perlu mengumbar tawa cuma agar selalu dianggap bahagia, pun sebaliknya.'
-pertiwiutomo-

To be continu gaes...

***
taman bunga kutabawa

 #30HBC1903
Meskipun saya suka kesunyian bukan berarti anti sosial juga sih, karena ya saya tipe yang cukup cerewet juga kalau ngobrol sama orang yang sudah dikenal.

Bisa cerita berbagai macam topik dari A - Z kalau udah klik sama lawan bicara. Iya, terkadang saya bisa sereceh dan sekonyol itu.

Jalan - jalan, shopping, dan berbagai kegiatan outdoor ya suka juga sesekali. Bahkan Sesering apapun itu suka aja kalau memang kegiatannya menyenangkan.

Sabisa mungkin menghindari yang namanya konfrontasi dengan siapapun dalam bentuk apapun. Meski terkadang saya diposisi yang benar. Ya buat apa sih habisin energi cekcok sama orang, ribut - ribut, teriak - teriak, faedahnya apa?

Kalau orang gak bisa diajak ngomong baik - baik bagi saya itu kode buat bilang, GOOD BYE. Bikin cape hati kan kalau dibiarin.

Hidup ini terlalu singkat gaes untuk diisi dengan keributan dan pertengkaran.

Dan lagi mana bisa sih kita hidup tanpa orang lain. Sehebat apapun manusia tetep gak bisa hidup sendiri, dan merasa gak butuh sama orang lain.

Kasarnya kalo kamu mati pastilah butuh orang lain buat mandiin dan angkat jenazah kamu kan?

to be continue gak ya...

***
Add caption


#30HBC1904
Nah, singkat cerita akhirnya saya diajaklah kumpul gitu sama ibu - ibu senior dikomplek. Bukan arisan sih tapi semacam makan bersama gitu.

Baiklah, saya rasa tidak ada salahnya saya mencoba masuk kedalam komunitas baru dan jadi saling mengenal sama ibu sosialita komplek.

Siang itu matahari sedang full power sepertinya. Panas terik pake banget yang kami rasakan sedikit terobati dengan adanya kipas angin dipojok ruangan milik si tuan rumah.

Duduk bareng mereka dan mendengar banyak cerita dan lelucon yang terkadang sama sekali tidak lucu bagi saya. Oke, slow aja mungkin selera humor kita belum satu frekuensi.

Pernah kan berada dalam situasi dimana kita ngakak karena melihat hal lucu tapi orang sekeliling kita cuma diem aja.

Fix, tidak semua lelucon bisa diterima dan menghibur setiap orang yang mendengarnya.

Terkadang bukannya menghibur hal yang mulanya sebuah candaan bisa jadi menyakitkan buat orang lain.

Maka, Jadilah smart comedian  atau tak usah melucu sama sekali.
*Dih apaan lagi ini?* To be continue lagi gaes..

***
taman bunga kuatabawa

#30HBC1905
Saya masih mencoba tersenyum dan terlihat antusias walaupun sedikit merasa tidak nyambung.

Selepas makan siang dengan menu rumahan yang menggiurkan yaitu sayur asem, oseng jengkol, tumis oncom, ikan asin, tempe tahu, ayam goreng dan lalapan juga sambel.

Sesuai selera, Sayangnya saat itu perut masih dalam keadaan kenyang. Tapi saya tetep makan juga sih, sedikit.

Tibalah saat acara ramah tamah. Ngobrol lagi ngalor - ngidul, sampai pada berbagai pertanyaan basa basi yang emang jadi basi beneran ditelinga.

Kebasian yang sukses membuat saya tidak nyaman. Ngomongin si anu, ngomongin ini itu, ujung - ujungnya saling pamer, entah pamer kekayaan atau pamer penderitaan. Dari mulai koleksi harta benda sampai kehebatan anak dan suami

Karena saya tidak punya bahan untuk dipamerkan topik pembicaraan macam ini jadi garing kriuk kress gitu.

Kalian mungkin berpikir, "Halah, kamunya aja yang baperan, mau pamer kek mau gibah kek, mulut juga mulut siapa, kamu iri?."

HAAHHHH? APA? JANGAN SOK TAHU!!! *enakan tempe sih*

Beruntungnya ini geng sosialita bukan tetangga kanan kiri rumah.

Saya gak kapok, cuma khawatir bakat nyinyir yang terpendam ter-asah semakin tajam karena salah pergaulan. *he*

Cerita fiksi tanpa judul akhirnya -TAMAT-