Hari ini jauh sebelum engkau lahir, ntah setahun atau bertahun kemudian. Izinkanlah Ibumu ini menceritakan sesuatu sebelum ibu lupa.
Beberapa hari yang lalu, ibu berkunjung ke tempat adik ibu yang tak lain adalah bulikmu untuk bertemu dengan eyang putrimu. Bapakmu yang mengantarkannya ibu waktu itu sebelum dia berangkat kerja. Setelah menginap satu hari satu malam keesokan harinya Bapakmu menjemput ibu lagi.
Karena suatu urusan dengan temannya Bapakmu menitipkan mobil kami ditempat kerjanya sedangkan dia menjemput ibu dengan diantar temannya itu. Mau tak mau kami harus pulang dengan bus dan pergi ke tempat kerja Bapakmu untuk mengambil mobil itu.
Singkat cerita, setelah sholat maghrib kami pergi ke gerbang tol untuk menunggu bus antar kota jurusan bekasi - bandung yang melewati tol cikopo. Kamipun turun di KM 65 kemudian berjalan kaki menuju pabrik tempat kerja Bapakmu.
Tentu saja ini bukan jalur yang umumnya dilewati orang. Kami melewati jalan setapak yang cukup gelap karena minim penerangan. Pepohonan tinggi menjulang di kanan dan kiri jalan gelap ini menambah suasa semakin dramatis.
Belum tengah malam, karena waktu baru menunjukkan pukul 20.00 WIB tapi sudah sedemikian sunyi. Hanya suara derap langkah kami berdua diiringi angin yang menabrak ranting dan daun.
Setelah melewati sebuah terowongan dan pemukiman penduduk yang juga sama sunyinya kami masih harus turun ke pematang sawah yang di penuhi ilalang. Sampai sini sudah tak adalah lagi cahaya lampu. Berharap cahaya bintang menerangi sayangnya langit mendung tertutup awan gelap.
Harapan satu - satunya pada lampu senter yang ada pada Handphone kami. Sepanjang perjalanan Bapakmu menggandeng tangan Ibu. Ya tentu saja dia paham ibumu cukup penakut. Terlebih adalah takut ada ular atau orang jahat. Sepanjang perjalanan ibu tidak henti - hentinya berdoa.
Dalam suasana yang sunyi dan mencekam, seketika saja Ibu makin manyayanginya Nak, teringat beberapa tahun lalu sebelum kami punya mobil sendiri.dia harus bolak balik bekasi - cikampek dengan bus dan melewati jalanan mengerikan ini tak peduli pagi, siang atau malam bahkan dalam hujan sekalipun. Dan dia tidak pernah mengeluh.
Kamipun akhirnya sampai ketempat yang kami tuju, dan akhirnya ibumu ini bisa merebahkan punggung juga. Sepanjang perjalanan menuju rumah Ibu memandanginya menyetir dan tak henti bersyukur.
Kenapa ibu menceritakan ini semua, ibu hanya ingin kamu mengenal Bapakmu yang dalam sifat pendiamnya dia telah berjuang menghidupimu. Karena meskipun ibu yang mengandung dan menyusuimu, tapi Bapakmulah telah dengan segenap jiwa raganya menjaga dan bekerja keras untuk kita.
Dia laki - laki biasa, Nak.
Tapi dengan cinta dan perjuangan luar biasa. Semoga, kelak nanti kamu tumbuh jadi anak yang sholeh, berbakti pada Bapak Ibu, berguna bagi nusa dan bangsa.
Tapi dengan cinta dan perjuangan luar biasa. Semoga, kelak nanti kamu tumbuh jadi anak yang sholeh, berbakti pada Bapak Ibu, berguna bagi nusa dan bangsa.
Tak banyak yang bisa ibu berikan. Tak banyak pula yang Bapakmu janjikan, selain doa semoga Allah SWT segera mempertemukan kita di waktu yang tepat, dalam keadaan sebaik - baiknya.
Percalah Nak, Bapak dan Ibu selalu mendoakanmu tanpa TAPI.
Wassalam,
Ibu
Tulisan ini disertakan dalam #BPN30dayChallenge2018 #BloggerPerempuan
Just saying thanks will not just be sufficient, for the fantasti c lucidity in your writing. I will instantly grab your rss feed to stay informed of any updates. slot online
ReplyDelete