Lifestyle, Hobi, and Story

Kenangan Masa Kecil : Piknik ke Pulau Seribu

Monday, November 12, 2018
Assalamu'alaikum,

Masih suka melow gak sama kenangan - kenangan masa kecil? kalau aku iya.
Adakalanya pengen kembali menjadi anak - anak supaya bisa kumpul terus sama Mama dan Ayah. Suatu hal yang terasa begitu istimewa sekarang.

Hari ini sengaja meluangkan waktu agak untuk mengingat kembali kepingan kenangan masa kecilku di sela - sela rutinitas senin pagi yang sibuk. 

Pagi itu, entah berapa tahun lalu. Seperti biasa aku bangun pagi karena tidak ingin melewatkan moment minta gendong sebelum Ayah berangkat kerja. Biasanya setelah itu dapet uang jajan yang akan kumasukkan kedalam dompet plastik dengan gambar kartun doraemon kemudian disimpan pada sebuah kardus besar diatas lemari yang menjadi tempat rahasia. Tentu saja aku bisa melakukannya dengan cara naik ke ranjang tingkat kami kemudian menyelipkan dompet itu diantara barang- barang lainnya. Terkadang juga uang ini kuberikan pada Mama untuk membeli bubur kacang hijau, bubur sumsum, es cendol, nyam nyam colek., beng - beng dan bolu manis legit.Semua itu jajanan favoritku. 

Tapi pagi itu berbeda, Mama terlihat lebih sibuk karena menyiapkan beberapa kotak makanan yang dulunya kotak es krim. Ku lihat ada satu kotak berisi nasi, satu kotak berisi telur balado favorit ku. Dan satu kotak lagi di isi kering tempe. Ada juga sebungkus lalapan dan sambel kesukaan Ayah. Buat apa ya?

"Ayo, kaka sama dede mandi ya kalo mau ikut ayah ke pulau seribu" Kata mama membunuh rasa penasaranku menjadi sorak bahagia. Sudah di sounding beberapa hari sebelumnya bahwa Ayah akan mengajak piknik ke pulau seribu saat sekolah Kaka libur. Dan ternyata sekaranglah waktunya. Yeayyyy...

Aku dan Kakaku, iya saat itu hanya ada kami berdua yang menjadi kesayangan Mama dan Ayah. Belum ada si dia, dia dan dia. Sering ribut? Tentu tidak, Kakaku baik. Dan aku penurut. Kami akur hampir di setiap waktu.

Tibalah kami pada suatu tempat yang saat itu aku tidak tau. Tapi sekarang aku tahu mungkin itu daerah muara angke. Bau anyir dan amis menyeruak disela kesibukan transaksi para nelayan dan pedagang ikan. Berjejer - jejer aneka macama ikan, ada yang besar, ada yang lebar, ada pula yang kecil - kecil, itu namanya ikan teri. Selain itu ada udang, cumi - cumi, kerang bahkan kepiting. Sedikit mual tapi aku bertahan karena tidak ingin membuat Mama repot jika aku sampai muntah, bisa - bisa Mama kuatir dan akhirnya piknik yang sudah kutunggu sejak lama akan berantakan.

Setelah melewati jalanan becek, sempit, dan bau  karena begitu banyak kios penjual ikan. Sampailah disebuah dermaga. Ada banyak kapal disana. Kami pun  segera manaiki salah satu kapal yang ternyata telah menunggu kami. Banyak teman Ayah beserta keluarga mereka juga. Well, mungkin acara ini di sebut Family Gathering, tentulah saat itu aku belum mengerti.

Kakaku yang supel segera mendapat teman baru. Seorang anak perempuan sebaya dengannya, hitam manis dengan rambut panjang di kuncir dua. Mereka segera menjadi akrab. Aku hanya melihat saja sambil terus memegang ujung baju mama. Se - introvert itu aku sedari kecil. Tidak terlalu suka keramaian juga tidak cepat akrab pada suatu lingkungan baru.

Parahu pun melaju, semakin jauh meninggalkan dermaga. Sejauh mata memandang hanyalah lautan. terkadang ombak besar menghantam membuat kapa ini oleng. Sedikit gemetar aku saat itu. Entah kenapa tiba - tiba merasa takut. Aku takut kejebur karena tidak bisa berenang. Ingin menangis tapi tentu saja kutahan karena tidak ingin merepotkan Mama.

Beberapa orang dewasa dan anak - anak ada yang muntah. Kalo aku fokus melihat mereka bisa jadi ikutan muntah juga. Iya sejujurnya perjalanan ini memang bikin pusing dan mual tapi aku masih bisa mengatasinya, justru aku akan muntah karena melihat meraka muntah, itu sangat menjijikan.

Akhirnya aku hanya memandang ke laut luas. Angin mengacak rambut tebalku yang tidak pernah di biarkan panjang oleh Mama. Kata Mama ribet kalau anak kecil rambutnya panjang. Bahkan Mama tak peduli meski Ayah melarang Mama memotong ramputku dengan super pendek yang lebih mirip seperti mangkok terbalik. Sebelas dua belas lah sama Dora the explorer. Aku pernah se - gemes itu dulu. hehe

Angin sepoi - sepoi  dan perahu yang berayun membuatku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap karena ketika terbangun aku sudah di berada di atas tikar pandan dikelilingi hamparan pasir putih yang belum pernah kulihat sebelumnya. Sontak saja rasa kantukku langsung lenyap melihat kaka berlarian dangan anak perempuan kuncir dua itu dipinggir pantai. Heuh sebel kenapa aku tidak diajak main juga.

Aku pun merengek minta ke pinggir pantai,  menghampiri kaka yang sudah basah kuyup. Ditangannya ada segenggam fosil kerang yang beraneka ragam, cantik sekali. Aku pun ikut berlarian mencari fosil kerang diantara pasir putih. Kata Ayah aku harus hati - hati karena banyak pecahan fosil kerang maupun batu karang yang tajam dan lagi disini banyak bulu babi, padahal aku tidak melihat seekor babi pun. 

Panas semakin terik, aku sudah basah kuyup, pliket dan menghitam. Kulit kaki dan tanganku mengeriput. Mama memanggil kami untuk mandi sebelum makan siang dengan menu favoritku, telor balado. Iya aku memang sudah lapar.

Setelah makan siang dan sedikit acara orang dewasa yang membosankan itu kami berkeliling melihat sauvenir yang terbuat dari kerang. Aku tidak tertarik toh ditanganku sudah ada fosil kerang aneka ragam serta batu karang yang cantik juga pasir putih kusimpan dalam botol bekas air mineral Hahaha.. Akan ku tunjukan pada temanku Ita, dan Nia.

Aku jadi teringat Ita, yang rumahnya disamping kanan rumah kami waktu di jakarta dulu. Rambutnya tipis dan warnanya seperti rambut jagung, kulit putih dengan gigi yang coklat keropos. Kata Mama itu karena Ita malas gosok gigi. Dia baik dan sering meminjamiku mainannya. Apakabar ya dia sekarang?

Sebenarnya disamping kiri rumah ada juga temanku, dia laki - laki  namanya Novri kalau tidak salah. Kakanya bernama Esih dia teman kakaku. Tapi aku jarang bermain dengan Novri karena dia nakal dan suka menangis.

Kalau Nia rumahnya di sebrang jalan. Berbeda dengan aku, Ita dan Novri yang rumah adalah rumah petak, rumahnya besar dan halamannya luas. Tapi Nia cengeng  dan ingusan terus sepanjang aku mengenalnya. Mungkin dia mudah sekali sakit karena itu dia jarang ikut kami bermain.

Kembali pada acara piknik ke pulau seribu. Kami pulang menjelang sore dan sampai rumah tengah malam karena jalanan macet. Aku senang bukan main meski badanku terasa lelah. Itu adalah salah satu kenangan masa kecil paling berkesan sampai sekarang.

Btw, Selamat Hari Ayah buat Ayah dan Calon Ayah.

Salam,

dari anak kesayangan Ayah dan Mama

Baca ini : Ketika kita harus merasa cukup







Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9